Hubungan Aktivitas Fisik Ibu Saat Hamil Dengan Kejadian Seksio Sesarea Di Kediri
DOI:
https://doi.org/10.35890/jkdh.v7i2.103Keywords:
Aktivitas fisik saat hamil, sectio secareaAbstract
Aktivitas fisik saat hamil berpengaruh terhadap lamanya persalinan yang dapat mengakibatkan penyulit persalinan sehingga seksio sesarea perlu dilakukan jika persalinan normal tidak dapat dilakukan. Seksio sesarea memiliki risiko kematian maternal 4 kali lebih tinggi dibanding dengan persalinan normal. Di Kediri, angka kejadian seksio sesarea semakin meningkat, yaitu 8.5% pada tahun 2012 menjadi 15.3% pada tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan aktivitas fisik saat hamil dengan kejadian seksio sesarea di Kediri. Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan pendekatan case control. Populasi penelitian adalah seluruh ibu bersalin dengan seksio sesarea di Kediri. Dengan tehnik Fixed Disease Sampling didapatkan sampel 50 ibu bersalin dengan seksio sesarea sebagai kelompok kasus dan 50 ibu bersalin normal sebagai kelompok kontrol. Alat ukur menggunakan kuesioner terpakai Baecke untuk mengukur variabel aktivitas fisik saat hamil dan diagnosis dokter dalam catatan rekam medik pasien. Analisis data dengan Chi Square (X2). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif dengan kekuatan sedang tetapi secara statistik tidak signifikan antara aktivitas fisik saat hamil dengan persalinan seksio sesarea . Aktivitas fisik yang kurang saat hamil meningkatkan kemungkinan seksio sesarea 1,63 kali daripada aktivitas yang baik saat hamil (OR=1.63; CI 95% = 0.736-3.589, p=0.229).
Downloads
References
2) Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. (2010). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan Edisi 2. Jakarta: EGC
3) Akhmad SA. (2008). Panduan lengkap kehamilan, persalinan, dan perawatan bayi. Jogjakarta: Diglossia Media
4) Todman D. (2007). A history of caesarean section: from ancient world to the modern era. Australian and New Zealand Journal of Obstetric and Gynaecology, 47(5): 357-361
5) Afriani A, Desmiwarti, Kadri H. (2013). Kasus persalinan dengan bekas seksio sesarea menurut keadaan waktu masuk di bagian obstetri dan ginekologi RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas 2(3). Diakses pada 4 Februari 2016
6) Szumilewicz A, Wojtyła A, Zarębska A, Kozakiewicz ID, Sawczyn M, Kwitniewska A. (2013). Influence of prenatal physical activity on the course of labour and delivery according to the new polish standard for perinatal care. Annals of Agricultural and Environmental Medicine, 20(2):380–389. Diakses pada 14 Januari 2016
7) Sibuea DH. (2007). Manajemen seksio sesarea emergensi; masalah dan tantangan. Universitas Sumatera Utara Medan
8) Baecke JA, Burema J, Frijters JE. (1982). A short questionnaire for the measurement of habitual physical activity in epidemiological studies. The American Journal of Clinical Nutrition, 36pp. 936-942. Diakses pada 7 Februari 2016
9) Murti B. (2013). Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan kualitataif di bidang kesehatan : Yogyakarta. Gajah Mada University Press
10) Leon RP, Hermoso AG, Martinez GS, Bueno CA, Lopez MS, Vizcaino VM. (2015). Effects of exercise during pregnancy on mode of delivery: a meta-analysis. Acta Obstetrics Gynecology Scand, 94(10):1039-47
11) Jayakody O dan Senanayake H. (2015). Effect of Physical Activity During Pregnancy on Birth Outcomes in Mothers Presenting at the Antenatal Clinic of De Soysa Maternity Hospital, Colombo 08. Asia Pacific Journal of Multidisciplinary Research 3(2). http://www.apjmr.com/wp-content/ uploads/2015/05/APJMR -2015-3-2-011 -Effect-of-Physical-Activity-During-Pregnancy-on-Birth-Outcomes-1.pdf. Diakses pada 21 Februari 2016
12) Fatimah S. (2012). Hubungan Senam hamil dengan Jenis Persalinan. Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis UNDIP ke-55 “World Fit for Children”. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. Diakses pada 28 Juni 2016
13) Chuntharapat S, Petpichetchian W, Hatthakit U. (2008). Effects of Yoga on Maternal Comfort, Labour Pain and Birth Outcomes. Comlementary Therapies in Clinical Practice. Pg 105–115